Para pejabat pemerintah mengungkapkan bahwa Presiden AS, Barack Obama menandatangani perintah rahasia yang mengizinkan pemberian senjata untuk para pemberontak Libya yang berusaha menggulingkan Kolonel Muammar Gaddafi. Terkait persoalan ini, Menteri Luar Negeri Rusia berkata bahwa negara manapun tidak berhak untuk mempersenjatai para pemberontak di Libya. Dan dikatakan pula bahwa Obama mengizinkan operasi rahasia untuk CIA, menurut kantor beruta “Reuters”.
Juru bicara Gedung Putih J. Carney mengatakan dalam sebuah pernyataan: “Saya tidak akan berkomentar mengenai masalah-masalah intelijen.” Ia menambahkan: “Saya akan mengulang apa yang dikatakan Presiden kemarin bahwa beliau tidak mengambil keputusan apapun terkait penyediaan senjata untuk oposisi atau kelompok manapun di Libya.”
Obama mengatakan dalam wawancara televisi pada hari Selasa: “Tujuan akhir dari serangan pasukan koalisi adalah untuk membuat Gaddafi “lengser dari kekuasaan.” Dikatakan bahwa yang akan dilakukan tidak hanya membuat “tekanan militer” saja, melainkan dengan berbagai cara lainnya.
Obama menambahkan bahwa AS tidak akan mengesampingkan penyediaan pasokan bagi oposisi bersenjata di Libya yang sudah terlatih militer.
Pernyataan itu disampaikan di tengah perselisihan internasional terkait masalah mempersenjatai pemberontak di Libya. Perdana Menteri Inggris, David Cameron pada hari Rabu mengatakan bahwa negaranya bukan tidak menyediakan pasokan senjata untuk para oposisi Libya. Namun, masih belum mengambil keputusan untuk melakukannya.
Ia mengatakan dalam pidatonya di depan parlemen: “Larangan senjata berlaku untuk semua wilayah di Libya. Namuan pada saat yang sama, Resolusi Dewan Keamanan PBB 1973 mengizinkan untuk mengambil semua langkah yang diperlukan guna melindungi warga sipil dan penduduk setempat.”
Adapun Perancis, maka ia telah mengisyaratkan kemungkinan untuk mempersenjatai para pemberontak. Menteri Luar Negeri Perancis, Alain Juppe berkata: “Negaranya siap untuk mendiskusikan masalah ini dengan mitra-mitranya dalam koalisi internasional.”
Ia menambahkan dalam sebuah konferensi pers: “Saya ingin mengingatkan kalian bahwa ini bukan bagian dari Resolusi Dewan Keamanan PBB 1970 dan 1973, di mana saat ini Perancis berpegang teguh dengannya. Akan tetapi kami terbuka untuk mendiskusikan masalah mempersenjatai pemberontak Libya dengan para mitra kami.”
Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengatakan: “Negara manapun tidak berhak untuk mempersenjatai para pemberontak di Libya, sesuai mandat yang disahkan oleh Dewan Keamanan.
Lavrov menambahkan pada konferensi pers setelah pembicaraan dengan mitra Austria-nya: “Belum lama ini, Menteri Luar Negeri Perancis mengatakan bahwa Paris siap untuk mendiskusikan masalah pasokan senjata kepada oposisi Libya dengan para mitranya di koalisi.”
“Sekretaris Jenderal NATO, Anders Rasmussen segera menanggapi bahwa operasi di Libya bertujuan untuk melindungi warga, dan bukan untuk mempersenjatai mereka. Dalam hal ini, kami sepenuhnya sepakat dengan Rasmussen,” katanya.
Di Beijing, Presiden Cina Hu Jintao mengatakan kepada rekan Perancis-nya Nicolas Sarkozy, yang mengunjungi negaranya kemarin bahwa “Krisis di Libya dapat diselesaikan hanya melalui dialog saja, bukan kekuatan.”
“Sejarah telah menunjukkan berulang kali bahwa penggunaan kekuatan bukan merupakan solusi terhadap berbagai masalah. Sebaliknya dialog dan cara-cara damai itulah yang merupakan solusi terhadap berbgai masalah,” katanya (islamtoday.net,
Juru bicara Gedung Putih J. Carney mengatakan dalam sebuah pernyataan: “Saya tidak akan berkomentar mengenai masalah-masalah intelijen.” Ia menambahkan: “Saya akan mengulang apa yang dikatakan Presiden kemarin bahwa beliau tidak mengambil keputusan apapun terkait penyediaan senjata untuk oposisi atau kelompok manapun di Libya.”
Obama mengatakan dalam wawancara televisi pada hari Selasa: “Tujuan akhir dari serangan pasukan koalisi adalah untuk membuat Gaddafi “lengser dari kekuasaan.” Dikatakan bahwa yang akan dilakukan tidak hanya membuat “tekanan militer” saja, melainkan dengan berbagai cara lainnya.
Obama menambahkan bahwa AS tidak akan mengesampingkan penyediaan pasokan bagi oposisi bersenjata di Libya yang sudah terlatih militer.
Pernyataan itu disampaikan di tengah perselisihan internasional terkait masalah mempersenjatai pemberontak di Libya. Perdana Menteri Inggris, David Cameron pada hari Rabu mengatakan bahwa negaranya bukan tidak menyediakan pasokan senjata untuk para oposisi Libya. Namun, masih belum mengambil keputusan untuk melakukannya.
Ia mengatakan dalam pidatonya di depan parlemen: “Larangan senjata berlaku untuk semua wilayah di Libya. Namuan pada saat yang sama, Resolusi Dewan Keamanan PBB 1973 mengizinkan untuk mengambil semua langkah yang diperlukan guna melindungi warga sipil dan penduduk setempat.”
Adapun Perancis, maka ia telah mengisyaratkan kemungkinan untuk mempersenjatai para pemberontak. Menteri Luar Negeri Perancis, Alain Juppe berkata: “Negaranya siap untuk mendiskusikan masalah ini dengan mitra-mitranya dalam koalisi internasional.”
Ia menambahkan dalam sebuah konferensi pers: “Saya ingin mengingatkan kalian bahwa ini bukan bagian dari Resolusi Dewan Keamanan PBB 1970 dan 1973, di mana saat ini Perancis berpegang teguh dengannya. Akan tetapi kami terbuka untuk mendiskusikan masalah mempersenjatai pemberontak Libya dengan para mitra kami.”
Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengatakan: “Negara manapun tidak berhak untuk mempersenjatai para pemberontak di Libya, sesuai mandat yang disahkan oleh Dewan Keamanan.
Lavrov menambahkan pada konferensi pers setelah pembicaraan dengan mitra Austria-nya: “Belum lama ini, Menteri Luar Negeri Perancis mengatakan bahwa Paris siap untuk mendiskusikan masalah pasokan senjata kepada oposisi Libya dengan para mitranya di koalisi.”
“Sekretaris Jenderal NATO, Anders Rasmussen segera menanggapi bahwa operasi di Libya bertujuan untuk melindungi warga, dan bukan untuk mempersenjatai mereka. Dalam hal ini, kami sepenuhnya sepakat dengan Rasmussen,” katanya.
Di Beijing, Presiden Cina Hu Jintao mengatakan kepada rekan Perancis-nya Nicolas Sarkozy, yang mengunjungi negaranya kemarin bahwa “Krisis di Libya dapat diselesaikan hanya melalui dialog saja, bukan kekuatan.”
“Sejarah telah menunjukkan berulang kali bahwa penggunaan kekuatan bukan merupakan solusi terhadap berbagai masalah. Sebaliknya dialog dan cara-cara damai itulah yang merupakan solusi terhadap berbgai masalah,” katanya (islamtoday.net,
Terima Kasih Telah membaca :
Diam-diam Obama Setuju untuk Mempersenjatai Pemberontak Libya
0 komentar :
Posting Komentar