Kasus seks bebas di Kota Wisata Batu, kondisinya ternyata sudah memprihatinkan. Ironisnya, perbuatan asusila itu ternyata tidak hanya dilakukan oleh para remaja atau mahasiswa, tetapi sudah ditiru oleh anak-anak usia SD, salah satunya di Kecamatan Junrejo.
Temuan tersebut antara lain diungkapkan oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kota Batu, Dewanti Rumpoko, dalam seminar bertajuk ‘Pernikahan Usia Dini dan Permasalahannya’, di Gedung Bina Praja Pemkot Batu, Sabtu (14/5) siang kemarin. “Ini adalah fakta, dan saya pernah menangani masalah tersebut di sebuah sekolah. Ada anak SD yang sudah melakukan hubungan seks, bahkan dilakukan di kamar mandi sekolah,” ungkap dosen psikologi Unmer Malang ini.
Malahan seks seperti itu, menurut Dewanti lagi, tidak hanya dilakukan oleh siswa laki-laki dan perempuan. Namun lebih parahnya, terjadi pula antara laki-laki dengan laki-laki. Biasanya, kata Dewanti, laki-laki satu dengan lainnya memberikan kode ketika pelajaran sekolah, lalu keduanya masuk kamar mandi bersama.
Kejadian seperti itu, masih menurut Dewanti, terungkap ketika ada kegiatan pramuka di sekolah. Saat itu sejumlah anak sedang tidur bersama di bawah selimut, yang kemudian dipergoki oleh Pembina Pramukanya. “Karena itu, sebagai orang tua, (kita) harus tetap hati-hati. Jangan sampai meremehkan anak-anak, (menganggap) tidak akan tahu hal-hal seperti itu. Pengaruh pergaulan, VCD dan lainnya sangat besar,” tambahnya.
Lebih jauh, menurut Dewanti lagi, mereka yang bisa disebut melakukan pernikahan usia dini adalah pasangan berusia di bawah 19 tahun. Selama ini katanya, memang banyak fenomena perempuan di Indonesia melakukan pernikahan di bawah umur daripada melanjutkan sekolah. Dampak negatifnya antara lain adalah penyesalan, perempuan atau istri menjadi lebih emosional, banyak konflik yang berujung perceraian, pelanggaran hak anak, hingga KDRT dan depresi.
Selain Dewanti, seminar yang digelar oleh Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) Kota Batu ini sendiri, juga menghadirkan pembicara Dr dr Siti Candra WB (dari RSSA Malang), serta Hikmah Bafaqih dari Kabupaten Malang. Kedua pembicara terakhir ini menyoroti dampak pernikahan dini dari segi medis dan agama. Seminar ini dihadiri sekitar 200 undangan, yang berasal dari pengurus OSIS SMA/SMK, guru BP/BK dari SMP dan SMA, para kepala SKPD, LSM, ormas, serta anggota DPRD Kota Batu. (Sumber)
Temuan tersebut antara lain diungkapkan oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kota Batu, Dewanti Rumpoko, dalam seminar bertajuk ‘Pernikahan Usia Dini dan Permasalahannya’, di Gedung Bina Praja Pemkot Batu, Sabtu (14/5) siang kemarin. “Ini adalah fakta, dan saya pernah menangani masalah tersebut di sebuah sekolah. Ada anak SD yang sudah melakukan hubungan seks, bahkan dilakukan di kamar mandi sekolah,” ungkap dosen psikologi Unmer Malang ini.
Malahan seks seperti itu, menurut Dewanti lagi, tidak hanya dilakukan oleh siswa laki-laki dan perempuan. Namun lebih parahnya, terjadi pula antara laki-laki dengan laki-laki. Biasanya, kata Dewanti, laki-laki satu dengan lainnya memberikan kode ketika pelajaran sekolah, lalu keduanya masuk kamar mandi bersama.
Kejadian seperti itu, masih menurut Dewanti, terungkap ketika ada kegiatan pramuka di sekolah. Saat itu sejumlah anak sedang tidur bersama di bawah selimut, yang kemudian dipergoki oleh Pembina Pramukanya. “Karena itu, sebagai orang tua, (kita) harus tetap hati-hati. Jangan sampai meremehkan anak-anak, (menganggap) tidak akan tahu hal-hal seperti itu. Pengaruh pergaulan, VCD dan lainnya sangat besar,” tambahnya.
Lebih jauh, menurut Dewanti lagi, mereka yang bisa disebut melakukan pernikahan usia dini adalah pasangan berusia di bawah 19 tahun. Selama ini katanya, memang banyak fenomena perempuan di Indonesia melakukan pernikahan di bawah umur daripada melanjutkan sekolah. Dampak negatifnya antara lain adalah penyesalan, perempuan atau istri menjadi lebih emosional, banyak konflik yang berujung perceraian, pelanggaran hak anak, hingga KDRT dan depresi.
Selain Dewanti, seminar yang digelar oleh Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) Kota Batu ini sendiri, juga menghadirkan pembicara Dr dr Siti Candra WB (dari RSSA Malang), serta Hikmah Bafaqih dari Kabupaten Malang. Kedua pembicara terakhir ini menyoroti dampak pernikahan dini dari segi medis dan agama. Seminar ini dihadiri sekitar 200 undangan, yang berasal dari pengurus OSIS SMA/SMK, guru BP/BK dari SMP dan SMA, para kepala SKPD, LSM, ormas, serta anggota DPRD Kota Batu. (Sumber)
Terima Kasih Telah membaca :
Di Desa Saja Siswa SD Sudah Mesum Di Toilet Bahkan Ada Yang Homoseks
0 komentar :
Posting Komentar