Marie Le Pen di tengah-tengah kampanye partisan untuk presiden dari Front Nasional pada hari Jumat sore (10/12) di Lyon mengecam “pelaksanaan shalat di jalan” yang dilakukan oleh kaum Muslim di jalan-jalan Perancis. Bahkan ia menyamakannya dengan pendudukan Nazi.
Ia berkata: “Saya sangat menyayangkan! Namun bagi mereka yang mau berbicara banyak tentang Perang Dunia II, apabila masalahnya tentang pendudukan, maka kita juga bisa bicara tentang (shalat berjamaah kaum Muslim di jalan) itu, karena tindakan itu merupakan pendudukan sebuah wilayah.”
Bagi mereka yang ingin banyak berbicara mengenai Perang Dunia II, jika itu tentang pendudukan, maka kita juga bisa berbicara tentangnya (sholat berjamaah Muslim di jalan), karena itu adalah pendudukan wilayah,” ujarnya dalam sebuah pertemuan di Lyon.
Le Pen menambahkan: “Itu adalah pendudukan atas sebagian wilayah, untuk memulai penerapan syariah. Sungguh! Ini adalah sebuah pendudukan. Benar, memang tidak ada tank, dan juga tidak ada tentara, tapi itu tetap saja merupakan sebuah pendudukan. Dan itu sangat membebani bagi warga setempat.”
*** *** ***
Sungguh pernyataan Le Pen tersebut menegaskan fakta kuatnya permusuhan elite-elite politik di negara-negara Uni Eropa dan Amerika terhadap Islam. Negara-negara Barat yang sedang menderita kekacauan (disfungsional) sosial dan ketidakberdayaan ekonomi, sehingga mengalami krisis demi krisis di berbagai bidang, berusaha untuk menemukan musuh sebagai kambing hitam atas keterpurukan yang terjadi di negara-negara yang selama ini menerapkan perundang-undangan serta sistem Kapitalisme yang zalim dan tidak berperikemanusiaan.
Dengan ini menjadi sangat jelas bagi semua pengamat, bahwa partai sayap kanan, yang secara terbuka menyatakan permusuhan mereka terhadap Islam mengalami peningkatan di negara-negara Uni Eropa melalui kampanye disinformasi dan kolusi para politisi Barat; juga menjadi sangat jelas pula, bahwa setiap politisi berusaha untuk mendapatkan akses ke pusat-pusat publik di negara-negara itu dengan menjadikan serangan terhadap Islam dan permusuhan secara terbuka sebagai jalan pintas untuk mewujudkan usahanya itu.
Berbagai praktek negara-negara Uni Eropa dan diamini oleh Amerika terhadap kaum Muslim, dengan melakukan penindasan dan pelecehan terhadap mereka, dan menghalangi mereka menjalankan ritual keagamaan serta terikat dengan syariah Islam, menegaskan hal-hal sebagai berikut:
1. Kebohongan seruan-seruan kebebasan yang senantiasa dinyanyikan oleh negara-negara Barat, dan kegagalannya dalam mempraktekannya di depan kaum Muslim. Semua ini menegaskan bahwa seruan untuk kebebasan, terutama kebebasan beragama adalah seruan yang bertujuan untuk memerangi Islam dan mencabutnya dari hati kaum Muslim. Ketika hal itu merugikan mereka sendiri, maka mereka melanggar dan menyerang kebebasan dan asasnya jauh-jauh. Kemudian mereka menjadikan masalah kaum Muslim, pelaksanaan syariah Islam, dan pemakaian pakaian syar’iy, hingga akhirnya mereka menyebutnya sebagai masalah keamanan nasional!.
2. Kegagalan Barat dalam meleburkan kaum Muslim ke dalam masyarakat Barat. Semua itu menunjukkan betapa kuatnya kaum Muslim dalam berpegang teguh terhadap syariah Islam. Meskipun mereka dihadapkan pada berbagai kampanye disinformasi dan penindasan, namun kaum Muslim di negara-negara Barat justru menjadi lebih disiplin dan konsisten terhadap syariah Islam daripada sebelumnya. Hal ini menunjukkan atas kegagalan dan ketidakmampuan pemikiran Barat di depan masyarakat Muslim, padahal mereka belum memiliki negara ideologis yang menjaga dan melindunginya. Lalu, bagaimana jika negara ideologis itu telah ada?!
3. Dengan ini menjadi jelas pula bahwa memerangi Islam atas nama ekstremisme dan terorisme hanyalah pembenaran bagi berbagai politik dalam dan luar negeri negara-negara Barat. Sebenarnya, dengan semua ini negara-negara Barat berusaha untuk menciptakan celah antara masyarakat di Barat dengan Islam. Mereka takut bahwa masyarakat Barat dapat merasakan keadilan Islam. Sebab Islam mampu meyakinkan akal dan sesuai dengan fitrah. Akibatnya, banyak masyarakat Barat yang masuk Islam. Dan itulah, sebenarnya yang ditakuti Barat, pengemban sistem Kapitalisme yang zalim dan tidak berperikemanusiaan.
Negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat tidak membedakan antara seorang Muslim dengan seorang Muslim yang lain. Mereka tidak menaruh simpati pada warga Muslim di Palestina; mereka menekan dan menindas kaum Muslim di Prancis, Jerman, Denmark, Inggris atau Amerika. Namun mereka menempuh politik permusuhan terhadap Islam dan kaum Muslim di negaranya dan di seluruh pelosok dunia. Mereka menggunakan politik ini dengan berbagai bentuk sesuai dengan realitas. Apakah mereka para penjilat yang berada di belakang dana donor Eropa dan Amerika, yang telah menggadaikan keputusan mereka, serta nasib tanah yang diberkati dan tempat-tempat suci kepada para musuh kaum Muslim, sadar bahwa jika mereka bukan sekutu para musuh kaum Muslim itu dalam rencana dan perang mereka terhadap Islam, maka mereka ini setidaknya adalah kendaraan dan alat musuh kaum Muslim?!
Sumber: pal-tahrir.info, 12/12/2010.
Ia berkata: “Saya sangat menyayangkan! Namun bagi mereka yang mau berbicara banyak tentang Perang Dunia II, apabila masalahnya tentang pendudukan, maka kita juga bisa bicara tentang (shalat berjamaah kaum Muslim di jalan) itu, karena tindakan itu merupakan pendudukan sebuah wilayah.”
Bagi mereka yang ingin banyak berbicara mengenai Perang Dunia II, jika itu tentang pendudukan, maka kita juga bisa berbicara tentangnya (sholat berjamaah Muslim di jalan), karena itu adalah pendudukan wilayah,” ujarnya dalam sebuah pertemuan di Lyon.
Le Pen menambahkan: “Itu adalah pendudukan atas sebagian wilayah, untuk memulai penerapan syariah. Sungguh! Ini adalah sebuah pendudukan. Benar, memang tidak ada tank, dan juga tidak ada tentara, tapi itu tetap saja merupakan sebuah pendudukan. Dan itu sangat membebani bagi warga setempat.”
*** *** ***
Sungguh pernyataan Le Pen tersebut menegaskan fakta kuatnya permusuhan elite-elite politik di negara-negara Uni Eropa dan Amerika terhadap Islam. Negara-negara Barat yang sedang menderita kekacauan (disfungsional) sosial dan ketidakberdayaan ekonomi, sehingga mengalami krisis demi krisis di berbagai bidang, berusaha untuk menemukan musuh sebagai kambing hitam atas keterpurukan yang terjadi di negara-negara yang selama ini menerapkan perundang-undangan serta sistem Kapitalisme yang zalim dan tidak berperikemanusiaan.
Dengan ini menjadi sangat jelas bagi semua pengamat, bahwa partai sayap kanan, yang secara terbuka menyatakan permusuhan mereka terhadap Islam mengalami peningkatan di negara-negara Uni Eropa melalui kampanye disinformasi dan kolusi para politisi Barat; juga menjadi sangat jelas pula, bahwa setiap politisi berusaha untuk mendapatkan akses ke pusat-pusat publik di negara-negara itu dengan menjadikan serangan terhadap Islam dan permusuhan secara terbuka sebagai jalan pintas untuk mewujudkan usahanya itu.
Berbagai praktek negara-negara Uni Eropa dan diamini oleh Amerika terhadap kaum Muslim, dengan melakukan penindasan dan pelecehan terhadap mereka, dan menghalangi mereka menjalankan ritual keagamaan serta terikat dengan syariah Islam, menegaskan hal-hal sebagai berikut:
1. Kebohongan seruan-seruan kebebasan yang senantiasa dinyanyikan oleh negara-negara Barat, dan kegagalannya dalam mempraktekannya di depan kaum Muslim. Semua ini menegaskan bahwa seruan untuk kebebasan, terutama kebebasan beragama adalah seruan yang bertujuan untuk memerangi Islam dan mencabutnya dari hati kaum Muslim. Ketika hal itu merugikan mereka sendiri, maka mereka melanggar dan menyerang kebebasan dan asasnya jauh-jauh. Kemudian mereka menjadikan masalah kaum Muslim, pelaksanaan syariah Islam, dan pemakaian pakaian syar’iy, hingga akhirnya mereka menyebutnya sebagai masalah keamanan nasional!.
2. Kegagalan Barat dalam meleburkan kaum Muslim ke dalam masyarakat Barat. Semua itu menunjukkan betapa kuatnya kaum Muslim dalam berpegang teguh terhadap syariah Islam. Meskipun mereka dihadapkan pada berbagai kampanye disinformasi dan penindasan, namun kaum Muslim di negara-negara Barat justru menjadi lebih disiplin dan konsisten terhadap syariah Islam daripada sebelumnya. Hal ini menunjukkan atas kegagalan dan ketidakmampuan pemikiran Barat di depan masyarakat Muslim, padahal mereka belum memiliki negara ideologis yang menjaga dan melindunginya. Lalu, bagaimana jika negara ideologis itu telah ada?!
3. Dengan ini menjadi jelas pula bahwa memerangi Islam atas nama ekstremisme dan terorisme hanyalah pembenaran bagi berbagai politik dalam dan luar negeri negara-negara Barat. Sebenarnya, dengan semua ini negara-negara Barat berusaha untuk menciptakan celah antara masyarakat di Barat dengan Islam. Mereka takut bahwa masyarakat Barat dapat merasakan keadilan Islam. Sebab Islam mampu meyakinkan akal dan sesuai dengan fitrah. Akibatnya, banyak masyarakat Barat yang masuk Islam. Dan itulah, sebenarnya yang ditakuti Barat, pengemban sistem Kapitalisme yang zalim dan tidak berperikemanusiaan.
Negara-negara Uni Eropa dan Amerika Serikat tidak membedakan antara seorang Muslim dengan seorang Muslim yang lain. Mereka tidak menaruh simpati pada warga Muslim di Palestina; mereka menekan dan menindas kaum Muslim di Prancis, Jerman, Denmark, Inggris atau Amerika. Namun mereka menempuh politik permusuhan terhadap Islam dan kaum Muslim di negaranya dan di seluruh pelosok dunia. Mereka menggunakan politik ini dengan berbagai bentuk sesuai dengan realitas. Apakah mereka para penjilat yang berada di belakang dana donor Eropa dan Amerika, yang telah menggadaikan keputusan mereka, serta nasib tanah yang diberkati dan tempat-tempat suci kepada para musuh kaum Muslim, sadar bahwa jika mereka bukan sekutu para musuh kaum Muslim itu dalam rencana dan perang mereka terhadap Islam, maka mereka ini setidaknya adalah kendaraan dan alat musuh kaum Muslim?!
Sumber: pal-tahrir.info, 12/12/2010.
Terima Kasih Telah membaca :
inilah gambaran Kebencian AS dan EROPA kepada ISLAM
0 komentar :
Posting Komentar